Kata Prion adalah ekspansi partikel of'
proteinaceous menular. Sebuah prion adalah agen tak hidup yang terdiri dari protein dan sangat
menular. Hal yang ingin tahu tentang prion adalah bahwa hal itu benar-benar
kurang dalam asam nukleat. Meskipun demikian, menjalar itu sendiri, sebuah
fenomena yang tidak dimengerti sampai hari ini dan masih membingungkan ilmuwan.
Seperti virus, yang Prion bersandar pada struktur biologis inang untuk
bereproduksi.
Prion tidak dapat
dimusnahkan dengan panas, radiasi, atau formalin. Prion menyebabkan berbagai
penyakit degenerasi seperti kuru, scrapie, Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD),
dan bovine spongiform encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua
penyakit ini menyerang otak atau sistem syaraf lainnya, mematikan, dan belum
dapat disembuhkan. Namun sebuah vaksin telah dikembangkan untuk tikus dan
sedang dikembangkan lebih lanjut untuk manusia.
Penyakit
prion lebih menonjol dengan binatang daripada dengan manusia. Namun dalam kedua
kasus kontraksi dari penyakit prion pasti akan mengarah pada kematian. Pada
hewan, kedua paling terkenal dari penyakit prion adalah
a)
Bovine spongiform ensefalitis
b)
scrapie.
Bovine
spongiform ensefalitis ini juga dikenal sebagai penyakit sapi gila dan menimpa
ternak. Itu membuat otak spons akhirnya menimbulkan kematian. Penyakit sapi
gila telah muncul dari dan di selama abad terakhir mengakibatkan penghancuran
ratusan ribu berpenyakit cattle. There telah terjadi beberapa kasus kematian
manusia karena konsumsi daging dari ternak yang terkontaminasi.
Scrapie
adalah penyakit yang dikontrak oleh domba dan sapi. Sekali lagi ini menyebabkan
kematian yang sangat menyakitkan. Nama penyakit ini berasal dari fakta bahwa
binatang-binatang berpenyakit didorong untuk menggores diri terhadap setiap
permukaan kasar untuk menghilangkan bulu domba mereka.
Pada
manusia, yang paling umum dikenal dari penyakit prion adalah:
·
Gerstmann-Straussler-penyakit
Scheinker
·
Penyakit Creutzfeldt-Jakob. (Mad
Cow Disease)
·
Fatal insomnia
Kemudian penyakit
dari hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan ( sapi )
penderita, material medis dan produk hewan seperti enzim, kapsul, vaksin yang
menggunakan biakan sel otak yang berasal dari hewan penderita.
Penyakit dari manusia
ke manusia, melalui jalur infeksi antara lain praktik kanibalisme (memakan otak
manusia penderita) seperti pada penyakit Kuru di Papua New Guinea; jalur
latrogenik (menggunakan produk biologik) seperti transplantasi kornea, gel
lipstik, kosmetik, capsul, placentom untuk meremajakan kulit dan penggunaan
electrode terkontaminasi (deep insertion) pada EEG, alat-alat nekropsi yang
terkontaminasi, hormon pituitary (hormon dibuat dan berasal dari cadaver
penderita), transfusi darah dan produk asal darah (disebabkan oleh
nvCJD/newform varian) dan terakhir secara genetic/hereditary (secara statistik
insidens terjadinya penyakit adalah 1 per sejuta penduduk).
Diagnosis
Diagnosis adanya
prion yang berasal dari CSF (Serebrospinal Fluid/cairan serebrospinal) pada otak
manusia atau hewan yang telah mati dan melalui EEG (Electro Encephalogram) atau
tonsil biopsy pada manusia atau hewan yang masih hidup, dapat pula diketahui
juga melalui gejala klinis, identifikasi agen, histopatologi otak (brain
slices) adanya kerusakan otak yang berlubang kecil, jumlah deposit prion yang
semakin meningkat dalam 8-12 bulan dengan immunohistochemistry dan Prionic
Check Test untuk mendeteksi BSE spesific Prion Protein pada 15.000 ekor hewan
per tahun (dilakukan di Inggris), uji biologi dari sumsum tulang hewan yang
terinfeksi yang berumur 14 sampai 22 bulan lalu diinjeksi intra-ocular hewan
sehat (kambing, tikus, mencit, hamster). Lalu dapat diidentifikasi dengan cara
Western Blotting (antibody novel dikembangkan dari prionic 27-30 kDa lalu
direaksikan dengan antigen PrPSc dari otak) atau Gel Electrophoresis.
Pencegahan
dan Pengobatan
Pencegahan adalah
cara terbaik bagi penyakit Prion karena hingga kini belum ada obat untuk
mengatasinya. Walaupun beberapa cara pengobatan sedang diusahakan, namun
umumnya adalah pengobatan asimtomatik. Beberapa cara pencegahan sebagaimana
terkait dengan cara penyebaran, maka langkah-langkah berikut ini perlu
dipertimbangkan:
1. Meminimalisasi risiko pada manusia akibat
penggunaan produk dan alat medis yang berasal dari sapi:
a.
Seleksi sumber material yang berasal dari sapi (memproduksi hewan genetik tanpa
penggunaan jenis material yang berasal dari sapi).
b.
Kondisi di mana pengumpulan material asal sapi dilakukan (dekontaminasi selama 3-4 jam lalu
disterilisasi, hati-hati penggunaan formalin karena tidak dapat menghancurkan
prion).
c.
Prosedur yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan infektivitas material
yang digunakan misalnya dengan mencampuri/intervensi terhadap proses perubahan
PrPc menjadi PrPSc, menstabilkan struktur PrPc dan mendestabilisasi PrPSc.
d.
Besarnya jumlah material asal sapi yang digunakan.
e.
Cara pemberian/penggunaan material asal sapi pada pasien (manusia).
2. Meminimalisasi risiko pada manusia akibat
penggunaan produk dan alat medis yang berasal dari manusia, yaitu:
a.
Risiko transmisi dari CJD akibat penggunaan peralatan/instrumen, hormon
pituitary, dan durameter.
b.
Risiko transmisi dari CJD akibat penggunaan darah dan produk darah.
3.
Risiko transmisi dari CJD akibat konsumsi produk makanan yang berasal dari
hewan ruminansia yaitu:
a.
Keamanan susu.
b.
Risiko kejadian BSE pada domba.
c.
Penggunaan delatin dalam rantai makanan misalnya untuk kapsul obat.
d.
Eating behaviour (khususnya masyarakat Indonesia) yang memakan tulang, gigi,
tanduk, kuku dan semua produk asal hewan (termasuk semua produk hewani yang
unsuitable for human consumption).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar