proyek Q


PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
     Laut merupakan suatu kesatuan ekosistem dimana serangakaian komunitas yang berada di dalamnya dipengaruhi oleh factor-faktor fisika kimia air laut disekelilingnya. Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan. Perbedaan keadaan berbagai lingkungan di laut sangat besar dan penghuninya pun beraneka ragam.
Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik yang terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani “planet” yang berarti pengembara. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. 
Plankton adalah salah satu mata rantai yang paling penting dan paling kritis di dalam rantai kehidupan di bawah laut. Ukuran makhluk ini tidak lebih dari beberapa mikrometer, bukan milimeter. Mengingat bahwa satu mikometer hanya sepersejuta meter, jelaslah bahwa makhluk ini teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Karena itulah penurunan populasi plankton akan benar-benar berbahaya bagi kehidupan binatang laut, mulai dari paus sampai makhluk-makhluk laut yang kecil. Manfaat makhluk berukuran mikroskopis ini bukan hanya sebatas itu. Plankton dibagi menjadi dua kategori: tumbuhan dan hewan. Plankton, terutama yang tumbuhan, adalah faktor penting untuk menjaga beragam keseimbangan di bumi.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di laut Baluran?
2.      Berapakah indeks dominasi, indeks keanekaragaman, dan indeks keseragaman plankton yang terdapat di laut Baluran?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di laut Baluran
2.      Untuk mengetahui berapakah indeks dominasi, indeks keanekaragaman, dan indeks keseragaman plankton yang terdapat di laut Baluran





KAJIAN TEORI

Pantai merupakan daerah yang letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Berdasarkan substratnya, habitat pantai dapat dibagi menjadi tiga yaitu pantai berbatu, pantai berpasir, dan pantai belumpur. Selain itu, terdapat tipe pantai lain yang merupakan kombinasi dari ketiga substrat tersebut.
Subtrat berpasir umumnya miskin akan organisme, tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik, selain itu kebanyakan bentos pada pantai berpasir akan mengubur diri dalam substrat. Kelompok organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi substrat pasir adalah organisme infauna makro yang berukuran sekitar 1 -10 cm yang mampu mengali pasir, dan organisme meiofauna mikro yang berukuran  sekitar 0,1 – 1 mm yang hidup diantara butiran pasir (Ardi, 2002).
Plankton merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus  di perairan bebas atau microorganisme yang hidup di dalam air. Pergerakan plankton di pengaruhi oleh arus, hidupnya melayang-layang dan gaya geraknya sangat kecil. Mereka terdiri dari mahkluk-mahkluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuh-tumbuhan (phytoplankton) (Hutabarat dan Stewart, 1986). Bahwasanya zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis.
Klasifikasi berdasarkan habitat
1. Plankton Laut (Haliplankton)
Plankton oseanik adalah plankton yang hidup di luar paparan benua
Plankton neritik adalah plankton yang hidup di dalam wilayah paparan benua
2.Plankton air tawar (Limnoplankton)
Klasifikasi berdasarkan kedalaman:
1.      Pleuston, organisme yang hidup di laut, sebagian tubuhnya mencul di permukaan air. Mereka kadang dipisahkan sebagi plankton karena distribusinya lebih banyak disebabkan oleh angin dari pada arus, misalnya : Physalia dan Velella (hydrozoa).
2.      Neuston, organisme yang hidup beberapa sampai 10 m pada lapisan permukaan air.
3.      Plankton Epipelagis, plankton yang hidup kurang dari 300 m di bawah permukaan air pada siang hari.
4.      Plankton Mesopelagis, plankton yang hidup antara 300 -1 000 m di bawah permukaan air pada siang hari.
5.      Plankton Bathypelagis, plankton yang hidup antara 1000 m dan 3000 - 4000 m pada siang hari.
6.      Plankton abyssopelagis, plankton yang hidup lebih dalam dari antara 3000 – 4000 m.
7.      Plankton Epibentik (plankton demersal atau palnkton dasar), plankton yang hidup dekat dasar dan kadang-kadang kontak dengan dasar perairan.

Klasifikasi berdasarkan hidupnya sebagai plankton
1.      Holoplankton (plankton permanen)
Organisme yang hidup sebagai plankton selama hidupnya. Misalnya Foraminifera, radiolaria, cacing panah (sagitta), cacing annelida, siput perenang dan crustacea yaitu udang, copepoda dan cladocera.
2.      Meroplankton (plankton temporer)
Organisme yang hidup sebagai plankton hanya sebagian dari siklus hidupnya, misalnya selama masa telur atau fase larva. Dijumpai di semua lingkungan laut dan juga di lingkungan air tawar.

Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yaitu ultraplankton berukuran < 0,005 mm atau 5 mikron termasuk di sini bakteri dan diatom kecil, sampai nanoplanktoni yang berukuran 60-70 mikron, yang terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan jaring plankton biasa dan hanya dapat dikumpulkan dengan cara mengambil sejumlah besar air laut. Netplankton atau mikroplankton berukuran sampai beberapa milimeter dan dapat dikumpulkan  dengan banyak macam jaring plankton. Makroplankton berukuran besar, baik berupa tumbuh-tumbuhan maupun hewan.
Fitoplankton merupakan organisme plankton yang paling banyak jumlahnya. Umumnya fitoplankton berukuran besar dan mudah ditangkap oleh jaring plankton. Fitoplankton banyak sekali terdapat dipermukaan air karena memerlukan oksigen untuk proses fotosintesis. Semua jenis plankton yang termasuk algamempunyai klorofil dan dan berkedudukan sebagai produsen primer. Dengan bantuan klorofil dan pigmen lainnya, fitoplankton dapat menyerap energy yang dipancarkan matahari untuk melakukan fotosintesis. Karena untuk melakukan fotosintesis sangat diperlukan cahaya, maka fotoplankton hanya dijumpai pada bagian perairan yang ditembus sinar matahari dengan panjang gelombang 0,4-0,8n micron (sachlan, 1982)
Pada siang hari, saat intensitas cahaya matahari dipermukaan air tinggi, fitoplankton akan bermigrasi ke perairan yang lebih dalam. Karena intensitas cahaya yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton (Nybaken, 1988). Kelimpahan dan penyebaran fitoplankton selain dipengaruhi oleh penetrasi cahaya, juga dipengaruhi sifat-sifat fisika kimia seperti; pH, salinitas, kadar O2 terlarut, karbondioksida (CO2) bebas dan lainnya.
Jumlah jenis dan kepadatan dari zooplankton umumnya lebih rendah daripada fitoplankton. Zooplankton membentuk kelompok yang lebih beraneka ragam. Ukurannya sangat beragam, mulai dari yang sangat kecil hingga yang memiliki diameter 1 meter. Zooplankton sebagian hidup sebagai meroplankton dan sebagian yang lain sebagai holoplankton. Terdapat setidaknya sembilan filum yang mewakili kelompok zooplankton. Tetapi hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting bagi ekologis perairan yaitu subkelas kopepoda. Kopepoda mendominasi zooplankton yang hidup di semua lautan. Hewan ini sangat penting bagi ekosistem bahari karena merupakan herbivor I primer dalam laut. Dengan demikian kopepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil.
Populasi plankton seringkali mengalami perubahan dalam komposisi jenis dan jumlahnya., bila plankton berkembang menjadi padat (blooming) akan menimbulkan berkurangnya oksigen telarut atau sebaliknya, apabila plankton terlalu sedikit akan mendorong tumbuhnya tumbuhan air. Populasi dan komunitas plankton dalam komunitas perairan dipengaruhi oleh factor fisik, kimia, dan biologi, diantaranya suhu, salinitas, dan ketersediaan bahan organic (Boyd, 1979).
A. Distribusi Vertikal Plankton
Pada lapisan perairan bagian dalam, fitoplankton lebih jarang dijumpai dibandingkan pada bagian permukaan. Penyebab utama terjadinya distribusi seperti ini, terutama karena fitoplankton perlu cahaya dengan intensitas tertentu untuk melakukan fotosintesis. Distribusi seperti itu tetap dijumpai pada perairan dengan salinitas, suhu, kadar O2, fosfat, nitrit dan nitrat yang homogen (Ryther dan Hulburd, 1969 dalam Bougis, 1976).
Distribusi vertikal plankton pada perairan yang dangkal kurang bervariasi bila dibandingkan pada perairan dalam. Demikian juga pada perairan mengalir distribusi vertikal plankton berbeda dengan perairan yang menggenang.
Kemampuan plankton untuk tetap berada pada suatu kedalaman tertentu dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk tubuhnya. Ada pengurangan berat tubuh yang disebabkan oleh pengurangan berat skeleton atau cangkok, adanya bahan seperti gelatin dan pemeliharaan keseimbangan tekanan osmotik dengan aari laut oleh ion-ion yang ringan seperti sulfat merupakan bentuk adaptasi plankton untuk mempertahankan dirinya pada kedalaman tertentu (Bougis, 1976). Perubahan suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan plankton, terutama fitoplankton.
Perubahan suhu yang drastis juga dapat menyebabkan kematian mendadak pada biota perairan. Kenaikan suhu perairan akan menyebabkan laju respirasi biota semakin tinggi, sehingga dibutuhkan O2 yang lebih banyak. Jadi jelas akan mempengaruhi kadar O2 terlarut dalam perairan.

B. Indeks Diversitas Plankton
Diversitas jenis merupakan gambaran struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika disusun oleh banyak jenis (taksa) yang mempunyai kelimpahan individu masing-masing jenis sama besar atau hampir sama besar kuantitasnya, sedangkan suatu komunitas punya keanekaragaman jenis rendah jika disusun oleh sedikit jenis dengan jumlah individu yang melimpah (Michael, 1994).
Untuk menentukan diversitas jenis plankton yang menggambarkan suatu kesatuan interaksi organisme dapat dilakukan dengan mengukur indeks diversitas plankton yang merupakan pernyataan matematik untuk mempermudah analisis informasi tentang jenis dan jumlah organisme. Indeks diversitas plankton adalah rasio antara jumlah individu suatu jenis terhadap jumlah total individu semua jenis yang  ditemukan (Odum, 1993).
Menurut Michael (1994) dasar untuk menentukan indeks diversitas adalah dengan menempatkan atau menyertakan perhitungan terhadap jumlah jenis (taksa) dan keterjadian individu masing-masing jenis  yang terkoleksi dalam sampling. Ada tiga persamaan untuk menentukan indeks diversitas plankton, yaitu indeks diversita Margalef, indeks diversitas Simpson dan indeks diversitas Shanon-Wiever. Indeks diversita Margalef hanya mengikutsertakan perhitungan jumlah individu total dan jumlah jenis yang terkoleksi, sedangkan indeks diversitas Simpson dan Shanon-Wiever mengikutsertakan data-data perhitungan jumlah masing-masing jenis dan jumlah jenis yang dapat dikoleksi dalam sampling (Michael, 1994).


METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasi karena dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel.

B.   Tempat dan Waktu
Tempat penelitian : Laut Baluran, Situbondo
Waktu penelitian : 12 November 2010                       

A.   Alat dan Bahan
·                     Alat:
1.         Jaring plankton
2.         Timba plastik volume 5 liter
3.         Botol plankton kecil volume 15 ml
4.         Pipet tetes
5.         Sedwick rafther
6.         Mikroskop
7.         Gelas benda dan gelas kaca
8.         Buku identifikasi plankton
·                     Bahan:
Sampel air
Formalin 5%
B.   Rancangan Percobaan
1.    Menentukan lokasi perairan yang akan diambil sampel airnya.
2.    Menyiapkan jaring plankton
3.    Mengisi timba plastic volume 5 liter dengan air sampai penuh
4.    Menuang air yang ada di dalam timba plastik pada jaring plankton
5.    Mengulangi sampai 5 timba penuh 250 liter
6.    Menyaring sampel air tersebut dengan jarring plankton
7.    Menuangkan air hasil saringan tersebut ke dalam botol plankton
8.    Menetesi dengan larutan formalin 5% sebanyak 2 tetes dan menutupnya. Menyiapkan uji untuk identifikasi plankton.
9.    Selanjutnya sampai di laboratorium, mengidentifikasi plankton dengan cara : menuang sampel air dalam botol ke dalam sedwick rafther volume 1 ml. Menutup dengan kaca benda dan meletakkan pada meja benda mikroskop. Mengamati dengan mikroskop.
10.          Melakukan pengamatan sebanyak 5 kali. Kemudian hasil plankton  dikalikan 3 karena volume botol plankton 15 ml.
11.  Mengidentifikasi plankton sampai dengan genus. Menulis dalam tabel plankton.
12.  Menghitung Indeks keanekaragaman plankton
Kisaran total indeks keanekaragaman plankton dapat diklasifikasikan sebagai berikut (modifikasi Wilhm dan Dorris (1986) dalam Masson (1981) :
H > 2,3026                   : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
2,3026 < H > 6,9078    : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
H < 6,9078                   : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
13.  Menghitung Indeks keseragaman (Magurran, 1982)
Indeks keseragaman berkisar antara 0 - 1. Apabila nilai E pada tiap titik semakin mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata, dan jika nilai E pada tiap titik semakin mendekati 0 sebaran individu antar jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan.
14.  Menghitung indeks dominasi plankton
Apabila nilai D pada tiap titik semakin semakin mendekati 1 maka genus yang mendominasi, dan jika nilai D pada tiap titik semakin mendekati 0 maka tidak ada genus yang mendominasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar